Kota terpencil Exmouth jatuh ke dalam kegelapan selama 58 detik dalam jenis gerhana yang hanya terjadi sekali dalam satu dekade.
Sekitar 20.000 orang berkumpul di bawah langit tak berawan di kota pesisir barat laut Australia, Exmouth, untuk menikmati gerhana matahari total langka yang membuat wilayah itu gelap gulita selama 58 detik saat bulan menghalangi matahari.
Kota terpencil yang berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa itu merupakan salah satu tempat terbaik di Australia untuk menyaksikan gerhana, yang juga melintasi Indonesia dan Timor Leste.
Kerumunan internasional berkumpul di Exmouth selama berhari-hari, berkemah di tenda dan trailer di dataran merah berdebu di pinggir kota dengan kamera dan peralatan menonton lainnya mengarah ke langit.
“Banyak orang yang kecanduan pada saat itu atau lebih dari dunia lain yang menakutkan,” kata John Lattanzio dari Astronomical Society of Australia.
“Mereka menjadi ‘pemburu gerhana’ dan mereka berkeliling dunia untuk pengalaman yang berulang.”
Totalitas terjadi pada pukul 11:29:48 waktu setempat (03:29:48 GMT) pada hari Kamis, membawa kegelapan dan ketenangan spektral, menurut mereka yang berada di sana.
Kurang dari satu menit kemudian, pedalaman yang berdebu kembali bermandikan cahaya.
Astronom NASA Henry Throop termasuk di antara mereka yang berada di Exmouth, dengan lantang menyemangati gerhana dalam kegelapan.
“Bukankah itu luar biasa? Ini sangat fantastis. Itu menakjubkan. Itu sangat tajam dan sangat cerah. Anda bisa melihat korona mengelilingi matahari di sana,” kata warga Washington, DC yang tampak bersemangat itu kepada Australian Broadcasting Corp.
Orang-orang di Papua Barat dan Timor Timur juga bisa menyaksikan gerhana total.
Di ibu kota Indonesia, ratusan orang memadati Planetarium Jakarta untuk menyaksikan gerhana sebagian yang tertutup awan.
Azka Azzahra (21) datang untuk melihat lebih dekat adik dan teman-temannya menggunakan teleskop planetarium.
“Saya tetap senang datang meski mendung. Senang melihat orang-orang datang ke sini dengan antusias tinggi untuk melihat gerhana karena jarang terjadi,” kata Azzahra.
Adzan berkumandang dari masjid-masjid kota saat fase gerhana dimulai saat umat Islam mengucapkan salat gerhana sebagai pengingat akan kebesaran Tuhan.
Gerhana matahari hibrida sebagian besar terjadi di atas air karena dilacak dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. Beberapa orang di jalurnya melihat kegelapan gerhana total atau “cincin api” saat matahari mengintip dari balik bulan baru.
Gerhana juga memberi para ilmuwan kesempatan untuk mengamati korona matahari, yang biasanya terhalang oleh sinarnya yang terang.
Menyaksikan gerhana serupa pernah membantu Albert Einstein berhipotesis bahwa cahaya dapat dibelokkan.
Peristiwa semacam itu terjadi sekitar sekali setiap dekade: Yang terakhir terjadi pada tahun 2013 dan yang berikutnya tidak sampai tahun 2031.